CINTA SEJATI
YANG BERLABUH DI NEGERI KANGURU
“RESENSI NOVEL
UHIBBUKA FILLAH
AKU MENCINTAIMU
KARENA ALLAH”
oleh Rahayu
Aliyaniwati
Judul
buku : Uhibbuka Fillah, Aku
Mencintaimu Karena Allah
Penulis : Ririn Rahayu Astuti Ningrum
Penerbit
: Wahyu Qolbu
Cetakan : Cetakan ke-1, Tahun 2014
Gendre : Novel Religi (Islami)
Tebal : xii + 304 Halaman
ISBN : 979-795-825-6
Cinta
merupakan anugerah dari Sang Pencipta untuk setiap umatnya. Setiap umat yang
merasakan cinta pasti akan merasakan hal yang berbeda dalam dirinya. Seperti kisah
yang pernah dialami oleh Salman Al Farishi salah seorang sahabat Rosul yang
begitu menyedihkan dan mengharukan ketika ia ditolak seorang wanita yang ingin
ia pinang. Akan tetapi, wanita yang dipinangnya itu lebih memilih sahabatnya Abu
Darda.
Hal
tersebut merupakan cerminan dari kisah Dana,
tokoh dalam Novel Uhibbuka Fillah. Dalam novel tersebut menceritakan
kisah religius seorang pecinta yang mengagumi bahkan mencintai sahabatnya
sendiri, Aini namanya. Hampir mirip ceritanya dengan cerita Salman Al Farishi.
Dana ialah pemuda yang telah lama mengagumi pesona kecantikan Aini, sahabat
satu pondoknya sekaligus teman sekolahnya di salah satu SMUN 2 Kediri Jawa Timur.
Aini
yang sebelum mengenal Dana terlebih dahulu mengenal Hasan. Hasan ialah seorang
kakak kelas Aini di SMPN 1 Paciran yang juga sama-sama santri Pondok Modern
Muhammadiyah. Aini kerap kali memanggil Hasan dengan sebutan kakak, Aini dan
Hasan seringkali saling mengirim kabar melalui supucuk surat, hingga saatnya ketika
Hasan beranjak duduk di bangku SMU. Hasan menghilang tanpa kabar. Aini yang
begitu kukuh memegang janji cinta pertamanya pada seorang kakak kelasnya itu
terus menanti.
Keyakinan
tersebut membuatnya bergeming dari perhatian dan cinta lelaki lain, meski Hasan
sudah lama tak ada kabar lagi. Dana sebagai sahabat dan seseorang yang
mengagumi Aini, ia tak kuasa melihat
orang terkasihnya itu merana akan cinta yang tak kunjung datang itu. Meski
sebenarnya Dana mengagumi Aini, Dana tidak berani untuk mengungkapkannya karena
ia menghormati dan menghargai cinta yang Aini miliki bukan untuk dia. Cinta
diam-diam Dana membuahkan keikhlasan dari dirinya. Keikhlasan tersebut terlihat
dalam perjuangannya mencari azamnya, mencari jejak Kakak (Hasan) yang hilang
tanpa kabar.
Perjalanan
Dana ke Bhumiku, tempat kenangan Aini, demi mencari keberadaan Hasan lelaki
yang tak dikenalnya itu. Dari Kediri sampai ke Yogya, tak kunjung ia temui
sosok yang dicarinya itu. Sampai suatu ketika takdir menemukan Dana dan Hasan
di Surabaya sebagai teman satu kostan. Pada awalnya Dana tidak menyangka dan
tidak percaya akan hal tersebut. Ketika Dana menanyakan dan menceritakan banyak
tentang Aini kepada Hasan, barulah mereka saling paham. Kenyataan barupun
terungkap. Hasan ternyata telah bertunangan dengan gadis bernama Atiqa. Mereka
akan segera menikah.
Aini yang
merana akan penantian panjangnya jatuh sakit. Sakitnya lumayan parah. Sakitnya
itu membuat Dana, Hasan, dan Atiqa iba akan keadaan Aini. Akhirnya dengan
banyak pertimbangan Hasan memutuskan tali pertunangannya dengan Atiqa dan
kembali kepada Aini. Hasan memutuskan akan menikah dengan Aini. Atiqa mencoba
memahami keadaan dan mencoba untuk ikhlas, Atiqa kasihan melihat Aini yang
lemah pada saat itu. Danapun mencoba untuk menjaga jarak.
Tibalah
saatnya, hari lamaran Hasan dan Aini. Akan tetapi, hal yang mengejutkan
terjadi. Aini menolak lamaran Hasan dan membatalkan pernikahannya. Aini berkata
“Cinta sesungguhnya adalah syariat, bukan
semata-mata gulungan rasa yang menggelegak. Cinta yang mendamai, tak semata
berlumur rasa, namun penuh dengan syukur, cinta, dan bahagia. Cinta yang tulus
ikhlas lillahi ta’aala semata. Sesungguhnya bukan saya pemilik cinta seperti
itu. Saya mencintai Kakak karena rasa yang bergulung-gulung.........”. Aini
telah menyadari bahwa dia bukanlah cinta yang sebenarnya untuk Hasan, melainkan
untuk sahabatnya sendiri Dana. Dana yang telah menjadi sahabat sekaligus
pengangumnya, dia yang selalu ada untuk Aini, dialah cinta yang damai, cinta
yang tulus ikhlas lillahi ta’aala. Kemudian mereka pun menikah dan tinggal di
Australia.
Dalam cerita
ini dapat kita petik amanat yang terkandung didalmnya bahwasanya dalam
mencintai seseorang hendaknya didasari dengan niatan yang baik karena Allah SWT
semata sehingga cinta kita pun akan dijaga oleh Sang Pemilik Cinta. Sang
Pemilik Cintalah yang dapat membolak balikan hati setiap umatnya. Siapa yang
akan menyangka keadaan yang akan datang meski hanya dalam hitungan detik. Hanya
Allah SWT-lah yang mampu melakukan itu semua.
Begitu
mengesankan cerita yang disuguhkan dalam novel ini dengan jalan cerita yang berliuk-liuk dengan balutan kata-kata yang
puitis dan sedikit klasik. Ririn Rahayu Astuti telah berhasil mengoyak-ngoyak
perasaan pembaca dengan jalan cerita yang tak terduga, kejutan demi kejutan
disuguhi dengan apik. Hanya saja setiap karya pasti ada kekurangan dan
keunggulannya. Pembaca yang tak sabaran akan cepat bosan ketika tidak
mendapatkan kejutan diawal.