Kamis, 25 Desember 2014

Sate Beber Milik Kita



Sate Beber Milik Kita
oleh, Nindi Aulia Rahmah

Ini cerita tentang sebuah desa yang terletak di ujung selatan Kabupaten Cirebon. Desa yang didiami lebih dari dari 9000 jiwa penduduknya. Masyarakat menyebutnya Desa Beber. Konon menurut sesepuh desa, Abah Rajak (87), Desa Beber diambil dari kata bebersih yang artinya suka bersih-bersih. Namun dalam versi lain, menurut Abah Nati (82), tokoh desa yang dituakan, Beber berasal dari kata gegeber yang berarti kipas-mengipas sebab di Desa Beber dahulunya warganya rata-rata berprofesi sebagai pembuat hihid, kipas tradisional yang berasal dari anyaman bambu dan juga sebagai pedagang sate yang menggunakan hihid untuk gegeber.
Desa Beber memang dikenal karena satenya. Saat Anda melakukan perjalanan dari Cirebon ke Kuningan ataupun arah sebaliknya, sepanjang jalan Anda akan disuguhi asap-asap yang menyebarkan aroma sate kambing yang nikmat. Salah satu Rumah Makan yang menjadikan sate sebagai menu utamanya adalah Warung Sate Beber milik H. Suab di Jalan Raya Cirebon – Kuningan No. 111, sebelah Masjid Nurul Huda Beber.
Warung Sate Beber milik H. Suab ini adalah usaha keluarga, setiap 2 tahun sekali kepengurusannya bergantian yang dikelola oleh masing-masing anaknya. Saat saya melakukan kunjungan, kebetulan tahun ini Warung Sate tersebut di kelola oleh H. Walim, anak kedua dari H. Suab.
Hari itu hari rabu, jarum jam menunjukan pukul 13.00 wib, jam makan siang. Beberapa mobil terparkir di depan Warung Sate Beber, dari mobil yang mewah dan kinclong hingga truk dan bus pariwisata. Adul (45), terus menggerakan hihidnya ke depan – ke belakang, sembari membolak-balikan satenya supaya tidak gosong dan matang sempurna. Ia bertugas sebagai pemanggang di Warung Sate ini, sudah mengabdi belasan tahun, dan Ia senang bekerja di tempat ini. “ Saya senang bekerja disini, selain melestarikan kuliner khas Beber, keahlian yang saya punya hanya ini” tuturnya sambil membolak-balikan sate.
Selain menyediakan Sate dengan bumbu kacang khas Cirebon, Warung Sate milik H. Walim pun menyediakan menu Gulai Kambing, Sop Sapi dan masakan lainnya. Adalah Iti (54) sang juru masak di Warung Sate tersebut, sudah sejak masih gadis ia bekerja di Warung Sate tersebut. Saat masih gadis ia menjadi pelayan, yang menerima dan mengantarkan pesanan sekarang ia dipercaya menjadi juru masak, semua makanan yang disajikan adalah racikan dari tangannya. Menurutnya, Warung Sate ini tak hanya tempat ia bekerja, tetapi juga tempat ia berkreasi dan mengembangkan kemampuan yang ibunya ajarkan. “ Saya juga bertemu suami saya disini” paparnya malu-malu.
            Disini selain bekerja mencari nafkah, pemilik dan karyawannya sudah seperti keluarga, saling mendukung saling sayang dan merasa memiliki ‘sate beber’, sehingga semuanya bekerja dari hati, tutur H. Walim. “ kalau pakai hati kan, semua jadi ringan tidak ada beban dan tentu saja menyajikan yang terbaik” lanjutnya.
            Pernyataan pemilik memang benar, semua itu nampak dari kompaknya para karyawan. Semua tampak ringan dan menikmati pekerjaannya. Begitulah memang bila rasa memiliki telah melekat, semua tampak menyenangkan.

1 komentar: