Kamis, 25 Desember 2014

Representasi Hari Pahlwan bagi Kaum Muda



Representasi Hari Pahlawan bagi Kaum Muda
Oleh Nindi Aulia Rahmah

J
as Merah; Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.
Begitulah Presiden Pertama kita, Ir. Soekarno berpesan. Tentu saja bukan tanpa alasan beliau berpesan demikian. Sepertinya Bung Karno menginginkan Bangsa Indonesia untuk senantiasa mengingat sejarah supaya tidak melupakan begitu saja perjuangan-perjuangan pahlawan dalam memerdekaan dan mempertahankan Indonesia.

Setiap tanggal 10 November kita memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Pada tanggal tersebut tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran terbesar dan terberat semasa sejarah dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Martin Luther King dalam sebuah kutipannya pernah berujar “Apapun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaan sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati, dan yang belum dilahirkan tak mampu melakukan lebih baik lagi.”
Mungkin benar apa yang disampaikan Martin dalam penggalan kutipan tersebut: Apapun tugas anda, lakukan dengan baik.  Entah ‘tugas’ yang dimaksud tersebut berupa kiasan atau artian sebenarnya yang jamak diketahui, yang jelas kutipan tersebut bisa merefleksikan semangat Hari Pahlawan. Hari dimana setiap anak bangsa seharusnya mampu mereaktualisasikan sikap patriotismenya, yang masa sekarang nampaknya sudah diabaikan.
Ir. Soekarno mengatakan dalam sebuah pidatonya, “Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Dalam kalimat tersebut, terlihat sekali bahwa Bung Karno ingin memberitahukan kepada kita semua bahwa pemuda itu sangat berpotensi. Satu pemuda dibandingkan dengan 1000 orang tua. Satu pemuda mampu mengguncangkan dunia, mampu merubah dan menggerakan tentu saja mampu menuju Indonesia yang lebih maju dan lebih baik. Disinilah harusnya, kita sebagai Pemuda Bangsa harus merepresentasikan apa yang dikatakan Bung Karno, dengan momentum hari pahlawan ini. Bahkan jauh-jauh hari sebelum di proklamirkannya kemerdekaan Indonesia, pemuda-pemudi sudah bergerak dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.  Terlihat memang, peran pemuda sebagai penggerak dan pelopor. Sejarah juga mencatat bahwa pemuda pun berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Pemudalah yang mendesak golongan tua untuk segera memanfaatkan kekosongan dalam pemerintahan, pemudalah yang mengetahui info bahwa Jepang kalah oleh sekutu.
Jas Merah!
Begitulah pesan dari Bung Karno, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jika kembali melihat sejarah Bangsa Indonesia, peran pemuda memang sangat penting. Dewasa kini, apa sajakah yang sudah kalian berikan sebagai Pemuda Bangsa?. Bukankah ada pepatah yang mengatakan “Jangan bertanya apa yang apa yang diberikan Negara kepadamu, tetapi bertanyalah apa yang dapat kau berikan untuk Negaramu!”.
Penulis selaku Pemuda Bangsa, memang merasa belum memberikan apa-apa kepada Negara tercinta kita. Tetapi dalam hidup kita memiliki tugas, sebagai pemuda bangsa jika belum bisa ikut andil dalam pemerintahan, laksanakanlah tugas kita sekarang ini sebaik-baiknya. Jika kita mencoba membuka mata dan pemikiran ke arah yang lebih luas untuk memaknai ‘pahlawan’ di masa kekinian, bahwa sebenarnya setiap individu adalah pahlawan. Karena setiap orang adalah pahlawan bagi dirinya sendiri.  Seorang guru yang mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa adalah pahlawan. Seorang ayah mencari nafkah bagi keluarganya pun adalah seorang pahlawan. Sebagai seorang pelajar, belajar dengan sungguh-sungguh, tidak mencontek dan berlaku jujur itu adalah bentuk dari sebuah perjuangan. Sebagai mahasiswa yang terus berperan aktif  memberikan solusi pencerahan bagi Bangsa.
Tugas seorang yang memiliki sifat pahlawan adalah bukan untuk berhasil, melainkan untuk terus mencoba. Karena dalam mencoba itulah Ia akan menemukan dan belajar dari pengalaman untuk terus membangun dan berhasil. Laksanakanlah ‘tugas’ itu sebaik mungkin dalam hidup Anda, sehingga tak ada satupun orang di dunia ini yang mampu melakukan hal serupa. Jadilah Anda satu-satunya yang mengerjakan ‘tugas’ tersebut dengan sebaik-baiknya. Jas merah: Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.

*penulis adalah Mahasiswa semester tiga, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unswagati.
** artikel ini terbit di media cetak Koran Rakyat Cirebon edisi 30 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar