Representasi Hari Pahlawan bagi Kaum Muda
Oleh Nindi Aulia
Rahmah
J
|
as Merah; Jangan Sekali-kali Melupakan
Sejarah.
Begitulah Presiden Pertama kita, Ir.
Soekarno berpesan. Tentu saja bukan tanpa alasan beliau berpesan demikian.
Sepertinya Bung Karno menginginkan Bangsa Indonesia untuk senantiasa mengingat
sejarah supaya tidak melupakan begitu saja perjuangan-perjuangan pahlawan dalam
memerdekaan dan mempertahankan Indonesia.
Setiap
tanggal 10 November kita memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Pada tanggal
tersebut tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran terbesar dan terberat
semasa sejarah dalam Revolusi Nasional Indonesia.
Martin
Luther King dalam sebuah kutipannya pernah berujar “Apapun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaan sedemikian baik sehingga
mereka yang masih hidup, yang sudah mati, dan yang belum dilahirkan tak mampu
melakukan lebih baik lagi.”
Mungkin
benar apa yang disampaikan Martin dalam penggalan kutipan tersebut: Apapun tugas anda, lakukan dengan baik. Entah ‘tugas’ yang dimaksud tersebut berupa
kiasan atau artian sebenarnya yang jamak diketahui, yang jelas kutipan tersebut
bisa merefleksikan semangat Hari Pahlawan. Hari dimana setiap anak bangsa
seharusnya mampu mereaktualisasikan sikap patriotismenya, yang masa sekarang
nampaknya sudah diabaikan.
Ir.
Soekarno mengatakan dalam sebuah pidatonya, “Berikan
aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku
satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Dalam kalimat tersebut,
terlihat sekali bahwa Bung Karno ingin memberitahukan kepada kita semua bahwa
pemuda itu sangat berpotensi. Satu pemuda dibandingkan dengan 1000 orang tua.
Satu pemuda mampu mengguncangkan dunia, mampu merubah dan menggerakan tentu
saja mampu menuju Indonesia yang lebih maju dan lebih baik. Disinilah harusnya,
kita sebagai Pemuda Bangsa harus merepresentasikan apa yang dikatakan Bung
Karno, dengan momentum hari pahlawan ini. Bahkan jauh-jauh hari sebelum di
proklamirkannya kemerdekaan Indonesia, pemuda-pemudi sudah bergerak dalam Sumpah
Pemuda 28 Oktober 1928. Terlihat memang,
peran pemuda sebagai penggerak dan pelopor. Sejarah juga mencatat bahwa pemuda
pun berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Pemudalah yang mendesak golongan tua
untuk segera memanfaatkan kekosongan dalam pemerintahan, pemudalah yang
mengetahui info bahwa Jepang kalah oleh sekutu.
Jas Merah!
Begitulah pesan
dari Bung Karno, Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jika kembali melihat
sejarah Bangsa Indonesia, peran pemuda memang sangat penting. Dewasa kini, apa
sajakah yang sudah kalian berikan sebagai Pemuda Bangsa?. Bukankah ada pepatah
yang mengatakan “Jangan bertanya apa yang
apa yang diberikan Negara kepadamu, tetapi bertanyalah apa yang dapat kau
berikan untuk Negaramu!”.
Penulis
selaku Pemuda Bangsa, memang merasa belum memberikan apa-apa kepada Negara
tercinta kita. Tetapi dalam hidup kita memiliki tugas, sebagai pemuda bangsa
jika belum bisa ikut andil dalam pemerintahan, laksanakanlah tugas kita
sekarang ini sebaik-baiknya. Jika kita mencoba membuka mata dan pemikiran ke
arah yang lebih luas untuk memaknai ‘pahlawan’ di masa kekinian, bahwa
sebenarnya setiap individu adalah pahlawan. Karena setiap orang adalah pahlawan
bagi dirinya sendiri. Seorang guru yang
mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa adalah pahlawan. Seorang ayah
mencari nafkah bagi keluarganya pun adalah seorang pahlawan. Sebagai seorang
pelajar, belajar dengan sungguh-sungguh, tidak mencontek dan berlaku jujur itu
adalah bentuk dari sebuah perjuangan. Sebagai mahasiswa yang terus berperan
aktif memberikan solusi pencerahan bagi
Bangsa.
Tugas
seorang yang memiliki sifat pahlawan adalah bukan untuk berhasil, melainkan
untuk terus mencoba. Karena dalam mencoba itulah Ia akan menemukan dan belajar dari
pengalaman untuk terus membangun dan berhasil. Laksanakanlah ‘tugas’ itu sebaik
mungkin dalam hidup Anda, sehingga tak ada satupun orang di dunia ini yang
mampu melakukan hal serupa. Jadilah Anda satu-satunya yang mengerjakan ‘tugas’
tersebut dengan sebaik-baiknya. Jas merah: Jangan Sekali-kali Melupakan
Sejarah.
*penulis adalah Mahasiswa semester tiga, Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Unswagati.
** artikel ini terbit di media cetak Koran Rakyat Cirebon edisi 30 Oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar