Sabtu, 27 Desember 2014

Resensi: Novel 'Cinta.'



Lalu, Akan Kau Pilih yang Mana?

Judul                           : Cinta. (baca: cinta dengan titik)
Penulis                        : Bernard Batubara
Editor                          : Widyawati Oktavia
Penerbit                      : Bukuné
Tebal Halaman           : 318 hlm.

            “Mengapa cinta membuatku mencintaimu, ketika pada saat yang sama kau mencintai orang yang bukan aku? Ketika telah membuka hati, aku pun harus bersiap untuk kehilangan lagi. Apakah setelah cinta memang harus selalu ada air mata dan luka hati? Kalau begitu, bagaimana jika kita bicarakan satu hal saja. Cinta. Tanpa ada yang lain setelahnya. Kita lihat ke mana arahnya bermuara.”
Sebuah novel yang sangat menggugah rasa, keromantisan, kekesalan yang membuat pembaca merasa greget dan larut saat membacanya. Novel yang berkisah tentang cinta segitiga yang melibatkan Ademas, Nessa, dan Ivon. Cinta segitiga tersebut bermula dari pertemuan Ademas dan Nessa, keduanya menumpangi pesawat dengan maskapai yang sama. Perbincangan singkat dan pertemuan pertama, membuat Ademas jatuh hati. Namun, sosok Nessa sebagai perempuan cuek tidak mudah menerima jurus-jurus pendekatan yang Ademas gencarkan.
Hingga beberapa kali pertemuan, Nessa baru merasakan ada hal yang unik pada diri Ademas, yang membuatnya nyaman ketika berbincang mengenai sesuatu hal dengan Ademas. Hingga, Nessa pun bekerjasama mengelola majalah seni berbasis web yang bernama “Artventurer”. Seiring dengan itu, mereka sering sekali mengadakan pertemuan-pertemuan berdua, membicarakan rencana-rencana yang akan digarap untuk proyeknya. Hampir setiap hari Ademas dan Nessa menghabiskan waktu bersama. Hari demi hari yang dilalui, membuat Nessa jatuh hati pada Ademas yang terus memperlakukannya layak seorang Ratu. Hal-hal manis yang Ademas lakukan untuk Nessa, membuat Nessa lupa akan rasa sakitnya terhadap masa lalu, pun terhadap perceraian Ayah dan Ibunya yang dikarenakan Ibu Nessa lebih memilih laki-laki lain. Keduanya pun larut dalam cinta sembunyi mereka, yang kadang dihantui Ivon sebagai tunangannya.
“aku tidak bisa seperti ini terus. Bagaimana aku bisa memilikimu kalau kamu masih punya hubungan dengan Ivon? Perempuan itu menghantuiku! Dia tidak ada di sini, tapi seakan-akan dia ada di sini dan mengengkang kita.” (hlm. 252)
Suatu hari, Ivon hadir kembali dalam kehidupan Ademas, setelah beberapa bulan ia disibukkan dengan tugasnya sebagai pramugari. Ademas  bimbang dengan keadaan hatinya, karena ketika ia mencintai Nessa dia juga harus menanggung resiko bahwa ada Ivon tunangannya yang kembali menemuinya untuk membicarakan hubungan mereka ke depan. Lalu bagaimana kelanjutannya? Apakah Ademas tetap mempertahankan Ivon dan menjelaskan kesalahannya dengan baik? atau Ademas tetap mencintai Nessa dengan terus-terusan menyembunyikannya kepada dunia?
Novel ini cocok untuk remaja menjelang dewasa, cinta bukan hanya sekadar kebahagiaan tapi bagaimana kita merujuk prosesnya yang rumit dan pelik agar masalah yang terdapat dalam hal cinta itu pun tersebut terselesaikan tanpa ada dendam serta berujung dengan kebahagiaan.

Cindy Pradytha Diputri
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Unswagati Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar