Kobaran
Semangat Sang Pemimpin
oleh
: Firgianti Rosyadi Astori
Pancaran mata yang berbinar, wajah
yang selalu tampak ceria dan bersinar, bibir yang selalu melengkung, selalu
diperlihatkan kepada setiap jamaah yang berkunjung ke Masjid Merah tersebut. Sehari-harinya
ia melakukakan banyak kesibukkan dengan penuh semangat dari pagi, siang, bahkan
sampai malam. Tak pernah ia mengeluh merasa capek ia tetap menjalankan
pekerjaannya dengan ikhlas, sabar dan semangat.
Inilah
kisah salah satu Imam Masjid Merah Panjunan, sebut saja Nasir. Suka duka telah dirasakan oleh Nasir selama menjadi pengurus sekaligus
imam di Masjid Merah Panjunan tersebut. Pekerjaannya bukan hanya sebagai imam
di Masjid Merah tapi juga menjadi pengurus dan guru.
Sebenarnya, Nasir tidak mempunyai cita-cita
menjadi seorang imam. Tetapi, itulah sebuah keberuntungan baginya, di mana ia
dipilih oleh wali panjunan yang bernama Al-Habib Abdul Rahman, saat itu ia
masih berusia 24 tahun.
“Saya tidak pernah menyangka akan menjadi
seorang imam di Masjid pertama dan tertua yang ada di Cirebon ini, apalagi yang
mengajak saya menjadi seorang imam di Masjid tersebut adalah langsung dari
orang yang mendirikan Masjid tersebut. Seperti mimpi memang. Tapi, itulah
sebuah keberuntungan bagi saya.” Ungkap Nasir.
“Pada saat itu sedang bergelar sebuah acara
dalam memperingati Maulid Nabi, dengan tidak sengaja saya bertemu dengan
Al-habib tersebut. Tiba-tiba Al-habib
ini berkata pada saya agar mau menjadi imam di masjid merah panjunan tersebut”.
Cerita Nasir
Itu
membuatnya tercengang dan bertanya-tanya mengapa harus saya yang dipilih
menjadi imam di masjid tersebut, tugas tersebut juga memerlukan tanggung jawab
yang besar, apalagi Nasir bukan seorang ustad atau santri. Akhirnya, habib
tersebut memberikan waktu lima hari kepada Nasir untuk memikirkan hal tersebut.
Waktu pun seolah-olah sangat cepat, yang
dirasakannya waktu lima hari tersebut seolah-olah menjadi sempit bahkan menjadi
satu hari. Akhirnya, dalam shalat subuh, beliau berdo’a kepada Allah agar
diberikan petunjuk, agar beliau tidak salah dalam memberikan sebuah keputusan,
karena keputusan yang akan diambil adalah sebuah keputusan yang sangat besar
tanggung jawabnya, tidak lupa, beliau pun meminta restu kepada kedua orang
tuanya.
Nasir pun datang kepada Al-Habib, untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan dari Al-habib lima hari yang lalu. Tepat
tanggal 14 Desember 2004 dengan mengucapkan basmallah Nasir pun resmi menjadi
imam di masjid merah panjunan tersebut. Itulah kenangan yang tak akan
terlupakan dalam hidupnya. Pada saat itu pula lah yang membuatnya merasa hanya
merasakan sebatas mimpi. Pertama kalinya Nasir menjadi seorang imam di masjid
merah tersebut, ia merasakan yang mungkin dirasakan juga oleh kebanyakan orang
di luar sana dalam menghadapi hal yang baru pertama kalinya yaitu perasaan
gugup. Apalagi, Nasir bukan keluaran dari pesantren, Nasir juga merupakan
seseorang yang sangat pendiam yang sangat sulit dalam beradaptasi dengan
orang-orang baru dan terhadap hal-hal yang baru.
Tadinya, beliau merupakan seseorang yang
sangat tertutup, sangat sulit untuk bersosialisasi dengan orang-orang
disekitarnya, tidak mudah beradaptasi dengan sekitar apalagi dengan lingkungan
yang baru baginya. Tapi, setelah beliau menjadi seorang imam, beliau berubah
menjadi orang yang mudah bergaul, mudah bersosialisasi, sangat ramah kepada
semua jema’ah yang berkunjung ke Masjid tersebut. Saat ini, sudah sepuluh tahun
ia menjadi pengurus masjid Merah di daerah Panjunan. Karena tugasnya lah yang
telah merubahnya menjadi seperti itu. Tugas menjadi seorang imam membutuhkan
sosialisasi dengan masyarakat sekitar termasuk para jama’ah yang berkunjung
ke masjid tersebut. Beliau juga harus
banyak bermusyawarah dengan masyarakat yang berada di daerah panjunan tersebut.
Setelah beliau resmi menjadi imam, beliau pesantren di kota Surabaya, selama
satu tahun.
Jabatan dan pekerjaan akan merubah seseorang.
Pekerjaan yang baik akan merubahnya menjadi baik bahkan menjadi lebih baik dari
sebelumnya. Sedangkan, pekerjaan yang buruk akan membuat orang yang bekerja itu
menjadi buruk atau bahkan lebih buruk dari pekerjaan itu. Selagi ada kesempatan
mendapatkan pekerjaan yang baik, gunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar