Sabtu, 27 Desember 2014

Kobaran Semangat Sang Pemimpin



Kobaran Semangat Sang Pemimpin
oleh : Firgianti Rosyadi Astori
            Pancaran mata yang berbinar, wajah yang selalu tampak ceria dan bersinar, bibir yang selalu melengkung, selalu diperlihatkan kepada setiap jamaah yang berkunjung ke Masjid Merah tersebut. Sehari-harinya ia melakukakan banyak kesibukkan dengan penuh semangat dari pagi, siang, bahkan sampai malam. Tak pernah ia mengeluh merasa capek ia tetap menjalankan pekerjaannya dengan ikhlas, sabar dan semangat.
Inilah kisah salah satu Imam Masjid Merah Panjunan, sebut saja Nasir. Suka duka telah dirasakan oleh Nasir selama menjadi pengurus sekaligus imam di Masjid Merah Panjunan tersebut. Pekerjaannya bukan hanya sebagai imam di Masjid Merah tapi juga menjadi pengurus dan guru.
Sebenarnya, Nasir tidak mempunyai cita-cita menjadi seorang imam. Tetapi, itulah sebuah keberuntungan baginya, di mana ia dipilih oleh wali panjunan yang bernama Al-Habib Abdul Rahman, saat itu ia masih berusia 24 tahun.
“Saya tidak pernah menyangka akan menjadi seorang imam di Masjid pertama dan tertua yang ada di Cirebon ini, apalagi yang mengajak saya menjadi seorang imam di Masjid tersebut adalah langsung dari orang yang mendirikan Masjid tersebut. Seperti mimpi memang. Tapi, itulah sebuah keberuntungan bagi saya.” Ungkap Nasir.
“Pada saat itu sedang bergelar sebuah acara dalam memperingati Maulid Nabi, dengan tidak sengaja saya bertemu dengan Al-habib  tersebut. Tiba-tiba Al-habib ini berkata pada saya agar mau menjadi imam di masjid merah panjunan tersebut”. Cerita Nasir
 Itu membuatnya tercengang dan bertanya-tanya mengapa harus saya yang dipilih menjadi imam di masjid tersebut, tugas tersebut juga memerlukan tanggung jawab yang besar, apalagi Nasir bukan seorang ustad atau santri. Akhirnya, habib tersebut memberikan waktu lima hari kepada Nasir untuk memikirkan hal tersebut.
Waktu pun seolah-olah sangat cepat, yang dirasakannya waktu lima hari tersebut seolah-olah menjadi sempit bahkan menjadi satu hari. Akhirnya, dalam shalat subuh, beliau berdo’a kepada Allah agar diberikan petunjuk, agar beliau tidak salah dalam memberikan sebuah keputusan, karena keputusan yang akan diambil adalah sebuah keputusan yang sangat besar tanggung jawabnya, tidak lupa, beliau pun meminta restu kepada kedua orang tuanya.
Nasir pun datang kepada Al-Habib, untuk memberikan jawaban atas pertanyaan dari Al-habib lima hari yang lalu. Tepat tanggal 14 Desember 2004 dengan mengucapkan basmallah Nasir pun resmi menjadi imam di masjid merah panjunan tersebut. Itulah kenangan yang tak akan terlupakan dalam hidupnya. Pada saat itu pula lah yang membuatnya merasa hanya merasakan sebatas mimpi. Pertama kalinya Nasir menjadi seorang imam di masjid merah tersebut, ia merasakan yang mungkin dirasakan juga oleh kebanyakan orang di luar sana dalam menghadapi hal yang baru pertama kalinya yaitu perasaan gugup. Apalagi, Nasir bukan keluaran dari pesantren, Nasir juga merupakan seseorang yang sangat pendiam yang sangat sulit dalam beradaptasi dengan orang-orang baru dan terhadap hal-hal yang baru.
Tadinya, beliau merupakan seseorang yang sangat tertutup, sangat sulit untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya, tidak mudah beradaptasi dengan sekitar apalagi dengan lingkungan yang baru baginya. Tapi, setelah beliau menjadi seorang imam, beliau berubah menjadi orang yang mudah bergaul, mudah bersosialisasi, sangat ramah kepada semua jema’ah yang berkunjung ke Masjid tersebut. Saat ini, sudah sepuluh tahun ia menjadi pengurus masjid Merah di daerah Panjunan. Karena tugasnya lah yang telah merubahnya menjadi seperti itu. Tugas menjadi seorang imam membutuhkan sosialisasi dengan masyarakat sekitar termasuk para jama’ah yang berkunjung ke  masjid tersebut. Beliau juga harus banyak bermusyawarah dengan masyarakat yang berada di daerah panjunan tersebut. Setelah beliau resmi menjadi imam, beliau pesantren di kota Surabaya, selama satu tahun.
Jabatan dan pekerjaan akan merubah seseorang. Pekerjaan yang baik akan merubahnya menjadi baik bahkan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan, pekerjaan yang buruk akan membuat orang yang bekerja itu menjadi buruk atau bahkan lebih buruk dari pekerjaan itu. Selagi ada kesempatan mendapatkan pekerjaan yang baik, gunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar